Pages

Hadith of the Update

Narrated by Ibn 'Abbas,

The Prophet said, "There are two blessings which many people lose : (They are) Health and free time for doing good."

[Bukhari. Volume 8, Book 76, Number 421]

Quote of the Update

Freedom is the freedom to say that two plus two make four. If that is granted, all else follows.

-George Orwell

Friday, July 22, 2011

Penjual Pisang Di Kaki Lima


PENJUAL PISANG DI KAKI LIMA
Usman Awang
 
Lalu gadis Tionghoa cheongsam biru 
pemuda di belakang bergegas melesetkan ujung sepatu 
penjual pisang di kaki lima 
dua bakul pisang terletak di antaranya
 (melihat sepatu dan betis yang lalu dengan jemu bas kutunggu.) 
Datang sebuah bas penuh isi 
(aku tak boleh naik lagi) 
sebuah kereta menjalar tuan tersandar  
penjual pisang di kaki lima
baru laku sepuluh sen cuma 
(penarik beca kulihat membelinya.) 
Matahari tersangkut di bumbung bangunan 
di seberang ada restoran sedang ternganga. 
Berat-berat langkah pengawal jalan bertapak
 hati penjual pisang sesak berkocak  
‘He, mana lesen? 
tutup kaki lima, ha?’ 
Manakah sama yang dapat merasa
 manusia hidup sesamanya, memburu apa? 
Ah, bakul pisang sudah diregang 
nyonya tua berbaju ungu menyerah salah 
(pasti anak-anak menanti di rumah) 
dalam lori terkepung pengawal, matanya berlinang! 
Bas pun lalu dan kami pun memburu
                                                                                                                                                      

Hey guys. Hari ini saya akan berkongsi satu sajak dengan anda semua yang selalu diceritakan oleh ayah kepada saya. Oleh itu, saya rasa lebih baik saya menulis post kali ini dalam Bahasa Melayu kerana saya rasa hal ini akan memudahkan anda untuk memahami apa yang ingin saya sampaikan. Karya Usman Awang ini telah dihasilkan pada tahun 1958. Disebabkan itu anda dapat melihat keadaan hidup masyarakat pada zaman itu. Saya tidak mahu menghuraikan mengenai sajak tersebut secara detil (detail/terperinci) tapi saya akan fokus kepada beberapa bahagian dalam sajak tersebut. Pada rangkap di bawah,
penjual pisang di kaki lima
baru laku sepuluh sen cuma
dapat kita faham bahawa masyarakat pada masa itu hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan. Kemiskinan yang dipaparkan dalam rangkap di atas jelas memaparkan kemiskinan yang ketara kerana penjualan mereka tidak laku di kalangan rakyat biasa kerana rakyat sendiri tidak berkemampuan manakala golongan yang berkemampuan pula tidak menyokong jualan mereka. Dalam rangkap di bawah,

Berat-berat langkah pengawal jalan bertapak
 hati penjual pisang sesak berkocak  
‘He, mana lesen? 
tutup kaki lima, ha?’ 
 jelas menunjukkan berlakunya penindasan oleh pihak berkuasa. Hal ini berlaku kerana pihak berkuasa dan mereka yang bekerja dengan kerajaan pada masa tersebut tidak memahami keadaan hidup masyarakat. Sudahlah mereka itu miskin, ditindas pula, menampakkan kekejaman pihak berkuasa.
Pengajaran yang sentiasa diingatkan oleh ayah kepada saya, jika kita menjadi pembuat polisi ataupun pelaksana sesuatu polisi, kita perlu memikirkan kesusahan seseorang. Pihak berkuasa tadi telah bertindak kejam dengan menutup kedai nyonya tua tersebut. Tidakkah mereka melihat kesusahan hidup yang dialami penjual pisang tersebut? Tidakkah mereka memikirkan mengenai anak-anak penjual pisang tersebut? Tidakkah mereka memahami bahawa penjual pisang tersebut hanya ingin mendapatkan rezeki untuk sesuap nasi? Tidakkah mereka fikirkan mengenai anak-anak penjual pisang tersebut? Jadi, apa yang ingin saya sampaikan di sini ialah jika kita merupakan pihak berkuasa yang melaksanakan tugas-tugas seperti dia atas, tolonglah, fikirkan juga mengenai kesusahan orang lain.Mungkin, mungkinlah dengan melakukan perkara-perkara tersebut akan memudahkan kita, tapi orang selalu cakap, "Bantu orang dalam kesusahan walaupun kita dalam kesusahan buatkan kita rasa senang." Ok. Mungkin tak pernah dengar, tapi mesti anda juga berfikiran sebegitu bukan? Kesimpulannya, jadilah orang yang memikirkan kesusahan orang lain dan jauhilah sikap mementingkan diri sendiri. Saya akhiri post kali ini dengan nasihat yang sering dikatakan oleh Usman Awang.
“Mesti tulis, mesti tulis perkara yang benar.Jangan diam, biar pun diketepikan orang sekarang tetapi saudara akan mendapat perhatian kemudian.Jangan diam. Susah untuk menjadi penulis dan lebih susah untuk menjadi penulis yang berani. Bagisaya seseorang hanya layak digelar penulis bila sudah berani menyatakan sikap. Kalau tak berani tak payah jadi penulis, beritahu rakan-rakan muda yang lain. Ini nasihat saya.”

~Lonymous~



Tuesday, July 19, 2011

Islam Itu Indah


Hey guys. Yesterday, my mom told me that a friend of my sister loves reading my blog. So, my mom asked my what do I write in my blog. "Abang tulis pasal Islam ke?" I said not fully but some are. My father who heard our conversation said, "Tak boleh buat macam tu. Jangan tulis benda-benda yang boleh buat orang bukan Islam bergaduh dengan kita." He then explained to me why. But I assured him that I'm not writing about something which might make the non-muslims become angry with me so he doesn't have anything to worry with. But anyway, I really hope for you readers to tell me if I have written a post like that. I am a muslim and I am proud with my religion, my believes and my everything, but at the same time, I never thought of something bad about other religions. That is what I am taught to do. What we muslims are taught to do. I am dedicating this post to all my brothers and sisters. Please, never ever think bad about the non-muslims and other religions and please please please, never insult other's believes.
Firman Allah dalam surah Al-An'am ayat 108:

وَلاَ تَسُبُّوْا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوْا اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan janganlah kamu cerca benda-benda yang mereka sembah yang lain dari Allah, kerana mereka kelak,akan mencerca Allah secara melampaui batas dengan ketiadaan pengetahuan. Demikianlah Kami memperelokkan pada pandangan tiap-tiap umat akan amal perbuatan mereka, kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu ia menerangkan kepada mereka apa yang mereka telah lakukan.

The reason why I'm writing about this is because nowadays, I can't help but noticing about certain muslims who like to insult other people's believes. They said, "Ajaran sesat. Sembah batu macam orang bodoh. Bengong tak bengong sembah benda yang buat sendiri." and etc. So, I just want the muslim readers to take note and stop doing it if you are doing it, and don't do it if you never did it. As for the non-muslim readers, I need you to know that, muslims are not allowed to insult your religion, believes and anything related to it. So, if you see some muslims doing that, please don't think that Islam taught us to do that because Islam didn't. I guess that's all for tonight. Thanks for reading and good night. n_n


~Lonymous~

Monday, July 18, 2011

Words Can Change Water? Songs Is Illegal In Islam?


Hey guys. Wondering about the title? Well, for Muslims, I guess you should. Anyway, I'll tell you a story which happened to me a few days ago. A friend of mine opened my blog and said, "Waa. Atas dah bagus. Ada hadith of the day, tapi bawah, lagu metallica." So, I asked him why is he saying that? Is he trying to say that hearing Metallica is bad? Then he gave me a parable. He asked me what is the function of people reading Yaseen in front of bottles of water? I said, to make it barakah, something like that. Then he asked me again whether I know or not about water molecules can change shape. I said, "Ya. Dia jadi cantik kalau dengar perkataan yang baik." He nodded and said, "Berapa percentage air dalam badan kau? Lebih kurang 70% kan? Jadi kalau ko dengar lagu-lagu macam ni, ko rasa apa yang jadi dalam badan kau?" I clam up. I can't argue with the logic. Besides, that logic is supported by scientific research. How can I argue with that, so I stopped talking. That night, I opened the internet and tried to find the informations on Dr Masaru Emoto and his research. I found out that the there are many criticisms and problems on his research. Emoto's procedure in his research have numerous number of possible sources of error.
Diagram Of Ice Crystal Formations
According to the the diagram above (by Libbrecht), the formation of crystals depends on the temperature.
"For example, the Petri dishes were not sealed to prevent contamination or disturbance by the operator or environment; A simple thing such as the photographer's breath while using the microscope could affect the warming rate of the frozen sample and temperatur of crystak formation, thus affecting the structure of the resultant crystal."
 So, this is one of the examples of error which might have occured during the experiment. Anyway, I am not saying that Emoto's research is a complete nonsense either. He might be true as some other people claimed to do the same as what Emoto has done and they got positive results. But, as usual, in a world full of lies, you can't just believe what people told you.It's just that, I only want you readers to know that his research is not done following the scientific rules completely, so you cannot say that the research done by him is completely scientific and has been proven. As a matter of fact, his claims are widely unaccepted by scientists due to the crucial lack of scientific foundation. But, a part of me believe that his research is true. I think that's enough with Emoto's work. I am not the appropriate person to write about scientific approach on something, so I won't talk, tell or write more than what I am supposed to. Here's a link for you. Open it if you feel like it.
Is Masaru Emoto For Real?

Now, I want to add up some of my other findings on this matter. I tried to find the  fatwa by fuqaha and I found out that there are many opinions on musics. Some fuqaha say, its 'haram' and some say 'harus', but, I hold onto the fatwa by Dr. Syeikh Yusuf Al-Qardhawi who says musics or songs are not totally 'haram' and not totally 'harus' in Islam.
"Dari berbagai pendapat tersebut, saya(Yusuf Qardhawi) cenderung untuk berpendapat bahwa nyanyian adalah halal, karena asal segala sesuatu adalah halal selama tidak ada nash sahih yang mengharamkannya. Kalaupun ada dalil-dalil yang mengharamkan nyanyian, adakalanya dalil itu sharih (jelas) tetapi tidak sahih, atau sahih tetapi tidak sharih."
"Oleh karenanya barangsiapa mendengarkan nyanyian dengan niat mendorongnya untuk berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala berarti ia fasik, demikian pula terhadap selain nyanyian. Dan barangsiapa mendengarkannya dengan niat untuk menghibur hatinya agar bergairah dalam menaati Allah Azza wa Jalla dan menjadikan dirinya rajin melakukan kebaikan, maka dia adalah orang yang taat dan baik, dan perbuatannya itu termasuk dalam kategori kebenaran. Dan barangsiapa yang tidak berniat untuk taat juga tidak untuk maksiat, maka mendengarkan nyanyian itu termasuk laghwu (perbuatan yang tidak berfaedah) yang dimaafkan. Misalnya, orang yang pergi ke taman sekadar rekreasi, atau duduk di pintu rumahnya dengan membuka kancing baju, mencelupkan pakaian untuk mengubah warna, meluruskan kakinya atau melipatnya, dan perbuatan-perbuatan sejenis lainnya.” (Ibu Hazm, al-Muhalla)
Adapun hadits-hadits yang dijadikan landasan oleh pihak yang mengharamkan nyanyian semuanya memiliki cacat, tidak ada satu pun yang terlepas dari celaan, baik mengenai tsubut (periwayatannya) maupun petunjuknya, atau kedua-duanya. Al Qadhi Abu Bakar Ibnu Arabi mengatakan di dalam kitabnya Al Hakam: “Tidak satu pun hadits sahih yang mengharamkannya.” Demikian juga yang dikatakan Imam Al Ghazali dan Ibnu Nahwi dalam Al Umdah. Bahkan Ibnu Hazm berkata: “Semua riwayat mengenai masalah (pengharaman nyanyian) itu batil dan palsu.”
Apabila dalil-dalil yang mengharamkannya telah gugur, maka tetaplah nyanyian itu atas kebolehannya sebagai hukum asal. Bagaimana tidak, sedangkan kita banyak mendapati nash sahih yang menghalalkannya? Dalam hal ini cukuplah saya kemukakan riwayat dalam shahih Bukhari dan Muslim bahwa Abu Bakar pernah masuk ke rumah Aisyah untuk menemui Nabi saw., ketika itu ada dua gadis di sisi Aisyah yang sedang menyanyi, lalu Abu Bakar menghardiknya seraya berkata: “Apakah pantas ada seruling setan di rumah Rasulullah?” Kemudian Rasulullah saw. menimpali:
“Biarkanlah mereka, wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya.”
Disamping itu, juga tidak ada larangan menyanyi pada hari selain hari raya. Makna hadits itu ialah bahwa hari raya termasuk saat-saat yang disukai untuk melahirkan kegembiraan dengan nyanyian, permainan, dan sebagainya yang tidak terlarang."
So, this fatwa here shows the reasons why he says musics are not totally 'haram' or totally 'harus' in Islam. Anyway, there are a few conditions to be considered:
1. Tema atau isi nyanyian harus sesuai dengan ajaran dan adab Islam.
2. Penampilan penyanyi juga harus dipertimbangkan.
3. Tidak berlebih-lebihan

In al-ahkam.net, it says:
"Harusnya musik itu adalah harus bersyarat, kalau ada unsur berlebihan dan mudharat, maka ia tertegah.

Perincian seni nasyid, POP, Metal, pop-rock, rock, etnik, itu diserahkan pada uruf (citra budaya) dan pandangan hati yg beriman menentukan. WA"
"Dalilnya: "Allah telah menjadikan segala apa yg ada di dalam bumi ini utk kamu" alBaqarah: 29
"HR Ibn Majah," La Dharar walaa Dhirar" (Tidak boleh membuat mudharat dan tidak boleh memudharatkan orang lain)"
As for me, I hold onto the opinion that hearing songs, either metal or not is not wrong as long as it fulfils the conditions above. But, please open the first link if you want the description on the conditions. I only wrote the conditions, not the explanations, so you might misunderstood the conditions. Therefore, it is good if you click these links.

 Fatwa Yusuf Qardhawi
Konsultasi Islam

I guess that's all for tonight. Whatever you think of this post, whether you agree or disagree, feel free to think and believe in whatever you like. I give you the point, you look for the details. That's all.
Book By Masaru Emoto

~Lonymous~

Saturday, July 9, 2011

My Favourite Songs


Haha...Love those head-banging songs? Wanna hear more? Haha. Never mind-lah. Kesian the haters of metal songs. Lagu slow sikit. Haha. Next please. n_n
What? Not slow? Weird. Ok2. Next song please. n_n  Yang ni memang slow ok...n_n
 Haha. Sorry. Silap track. YANG NI SERIUS SLOW ROCK...hehe

One last song for you... n_n


                                         
Kesian punya pasal. Bagi la jugak satu lagu slow....Hehehe
n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n n_n


Hehe. Nak story sikit eh. Well, a few days ago, I told my friends that I love head-banging songs including Metallica. Some of them was like, "Ko dengar Metallica????" Haha. Kinda funny seeing their faces that surprised. Well, I admit it, yeah. I love those songs. n_n
Haha. That's all for now. Sudi-sudikan lah diri mendengar semua lagu ya. Hehe. Chow.


~Lonymous

Friday, July 1, 2011

Don't Judge A Book By Its Cover

Muka macam ni kan pelik lagi menakutkan...

Hey guys. Familliar with the proverb at the title? I think so. Agak pelik dan menghairankan kalau ada yang tak pernah dengar dan tak tahu maksudnya. Just to share, that proverb means do not judge/criticise/think about something/someone either bad or good just by the first glance. Hmm. Its actually quite abstract and for me... FOR ME... I think its half right and half wrong. What about you? Do you agree with the proverb fully? Whatever your answer is, my answer is still the same which is, 50:50. Why? The reason is, everytime I buy a book, of course the cover is the first thing I judge. Cover ok tak, ringkasan citer dia kat belakang cover tu best tak dan lain-lain. That is because, the outside of someone or something shows the inside of them too. Maybe not fully, but... Bolehlah. Kan? Let me give you an example, you are walking with a friend towards a store. On the way, you see a man with black shirt, punk hairstyles, wearing spikey bangles on both of his hands, skull head is protruding from his belt...etc... What will you think of the man and will you consider about finding another route to walk, or maybe you'll wait for the crowd behind you to walk past you and you pretend to join the group or whatsoever. Will you? I'm pretty sure that's what you'll do. Haha. Even I will consider that. Ya la. Pakai macam orang jahat, muka macam orang jahat dan lain-lain, takkan la kita nak kata dia baik kan? Jarang jugak dengar atau jumpa orang jahat, mencuri, merogol, merompak semua, tapi pakai baju ala-ala ustaz (sebenarnya ada ke?). So, if you agree with what I stated, please do not stop 'judging a book by its cover' but do not do that hundred percent either. Senang cakap, kalau buku, tengok cover, baca ringkasan dia kat belakang tu dan belek-belek sikit buku tu tengok overall cite dia tu ok ke tak(bukan ambik bau ya...n_n). Kalau orang pulak, tengok perangai dia macam mana, tengok kawan dia macam mana, lepas tu cuba kawan ngan dia macam mana. Baru la betul caranya. Ni tidak, baru kenal kejap, mula la kata dia tu gedik la, pakai baju macam nak pergi kenduri la, perangai baik la, perangai hodoh la, rajin la, malas la, yada yada yada. Pastu, bila dah kenal lama sikit, baru la nampak rupa sebenar orang tu. Lepas tu pergi cerita balik kat orang tu "dulu aku ingat kau camtu camni rupanya cengini cenggini". n_n   Isn't that kinda rude? That's all for tonight. Bukan apa tulis post ni. Cuma bila dah ada kat tempat baru ni kan, memang inilah dia perkara yang sentiasa berlaku. Jadi, bila dah selalu berlaku, itulah yang jadi idea penulisanku. Hee. Adios.


~Lonymous~

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...