Pages

Hadith of the Update

Narrated by Ibn 'Abbas,

The Prophet said, "There are two blessings which many people lose : (They are) Health and free time for doing good."

[Bukhari. Volume 8, Book 76, Number 421]

Quote of the Update

Freedom is the freedom to say that two plus two make four. If that is granted, all else follows.

-George Orwell

Tuesday, December 18, 2018

Pain

It is sad sometimes,
You try your best to ease someone's pain.
Yet your own? 
Belittled to no end...

Pain is not objective,
When you cry,
It is not always sad,
There are such thing as tears of joy.

Pain is like that, it is exhaustive,
In quietness, there is pain,
In loudness, there is pain,
In a smile, there is pain,
In an expresionless face, there is pain.

We are all miserable one way or another,
Mine this, yours the other,
All I want to do is get through the day,
Least you could do is let me grieve in my own way.

~Jaw~

Tuesday, July 10, 2018

Syaitan (Part 1)


   “Abah!” Alia datang berlari padaku dari luar pagar rumah lantas memelukku. Tangisannya yang tertahan sejak tadi mula kedengaran. Kaget, aku memeluknya kembali, “Alia. Kenapa ni? Kenapa menangis?” Aku sapu air matanya dengan sapu tangan sambil menggosok-gosok belakang Alia yang masih lagi menangis teresak-esak. Tiba-tiba kelihatan seorang lelaki yang seusia aku, berkopiah dan berjubah putih masuk melepasi pagar rumahku.

   “Kau siapa?!” jerit aku. “Maafkan saya encik. Saya Zaki. Saya ustaz di sekolah Alia. Saya yang bawa Alia pulang ke rumah,” jawab lelaki tersebut sopan. “Maafkan saya ustaz. Saya ingat lelaki mana yang mengganggu Alia tadi. Maafkan saya,” aku tunduk sebagai tanda meminta maaf, malu dengan tindakan aku yang terburu-buru.

   “Abah. Ini Abang Aki. Abang Aki…. Abang Aki…” Alia terus menangis tanpa menunjukkan tanda ingin berhenti. Aku genggam tangannya erat. Entah apalah yang telah terjadi sehinggakan anakku menangis sebegini rupa, dan kenapa pula ustaz yang seusia aku ini dipanggilnya abang? Banyak yang bermain di fikiranku. Aku gelengkan kepala, cuba membuang rasa tak sedap hati yang tiba-tiba singgah di fikiran.

   “Alia, jom kita masuk. Ceritakan pada Abah semuanya di dalam nanti ya,“ aku pimpin tangannya masuk ke dalam rumah. Terlupa akan kehadiran ustaz tadi, aku berpaling ke arahnya, “Ustaz, silalah masuk. Kalau ustaz tahu apa yang telah terjadi, tolonglah ceritakan kepada saya di dalam.” Ustaz Zaki mengangguk dan perlahan-lahan mengekori kami masuk ke dalam. Aku mempersilakannya duduk di ruang tamu sementara aku ke dapur menyediakan segelas air. Alia masih lagi tidak ingin melepaskan aku dan mengekori aku ke dapur.

   Selesai menyediakan segelas air teh, aku hidangkan kepada Ustaz Zaki. “Minta maaflah ustaz, ini saja yang boleh saya sediakan. Isteri saya tiada di rumah,” kataku. “Tak mengapa encik. Saya faham. Saya datang pun mengejut,” jawabnya.

   “Ustaz, cubalah ceritakan kepada saya, kenapa Alia menangis sampai macam ni sekali?” “Begini Encik Ali. Saya harap encik bersabar dan jangan marah kepada Alia,” beritahu Ustaz Zaki dengan nada serius. Suaranya sedikit terketar, aku dapat rasakan dia gementar. Entah apahalnya. “Sebenarnya, Alia ditangkap basah pagi tadi…” sambungnya sambil menundukkan muka.

   “ALLAH!” aku bangun memandang Alia dengan perasaan bercampur baur. Marah, terkejut, sedih. “Alia. Apa Alia dah buat ni? Betul ke apa yang Abah dengar ni sayang?” tanya aku, cuba untuk menahan perasaan marah yang membuak-buak. Paling tidak, aku perlu mendengar penjelasan daripadanya terlebih dahulu. Alia menangis lagi. “Abah! Maafkan Alia Bah. Alia tak sengaja. Alia betul-betul tak tahu. Alia sayang Abang Aki. Ampun Bah,” jawabnnya sambil melutut di kakiku.

   Tangan aku terketar-ketar menahan kemarahan. Aku berpaling menghadap Ustaz Zaki meminta penjelasan. “Maafkan saya encik. Sebenarnya saya juga cintakan Alia…” Belum sempat dia menghabiskan ayatnya, aku melepaskan satu tumbukan tepat ke mukanya. Zaki jatuh lantai. Aku genggam kolar bajunya sekemas mungkin. “KAU GILA KE ORANG TUA!?-“ jerit aku, “KAU TAHUKAN ANAK AKU BARU 11 TAHUN!!! KAU ORANG TUA KUTUK SEBAYA AKU, KAU NI SIAL KE APA BERCINTA DENGAN ANAK MURID SENDIRI!!!” aku meludah ke mukanya. Marah aku tidak lagi bertebing. Dalam kepala aku, kalau perlu bermandi darah, ustaz ini akan aku bunuh. Aku tendang perutnya, aku tumbuk mukanya bertubi-tubi, Zaki cuma mampu menjerit meminta maaf.

   Maaf? Hah! Kau dah cari pasal dengan orang yang salah. “ABAH!!!” Alia tiba-tiba datang menahanku daripada mengamuk. “Abah..-“ dalam esakan Alia merayu, “Janganlah diapa-apakan Abang Zaki. Dia tak salah. Kami cinta suka sama suka.” “Allah…” aku lepaskan Zaki. Darahnya menitik ke lantai dan Zaki mengerang kesakitan.

   “Anak Abah. Apa yang Alia cakap ni sayang? Abah hantar Alia ke sekolah bukan untuk bercinta sayang. Alia masih muda. Siapa yang mengajar Alia benda-benda begini?” aku bertanya kepadanya, lembut, lalu duduk di sebelahnya. “Alia nak kahwin dengan Abang Aki Abah…” Aku kelu, tak mampu berkata apa-apa. Anakku yang usianya baru setahun jagung, makan dan minum masih lagi aku mampu berikan, sudah berkata-kata mengenai hal perkahwinan? Mungkinkah ini suatu mimpi?

   “Alia nak kahwin dengan Abang Aki… Sebab tu Alia sanggup kena tangkap basah dengan dia. Kami dah 4 tahun bercinta Abah,” sambung Alia. “SYAITAN!!!!!” Aku bangun dan menendang kembali Zaki yang masih lagi terbaring menahan kesakitan. Aku pijak mukanya berkali-kali. Aku rasa marah dan benciku terhadap syaitan bertopengkan manusia ini tidak akan pernah habis dan berapa banyak kali pun aku pijak mukanya, tumbuk atau tendang badannya, hati aku tidak akan pernah puas sampailah nyawanya melayang di tanganku.


~Jaw~

Sunday, April 1, 2018

The Eternal Space

The Eternal Space,
Makes you realise,
Of your grainy existence,
In a world of the infinities,
Infinite-but ever-expanding.

The Eternal Space,
Where you are but a dot,
A dot- albeit significant,
Ephemeral but important,
You matter.

The Eternal Space,
Unfathomable milestones,
Tasked with reigns in your hands,
Arrogance but power nonetheless,
To consume or to bless.

~Jaw~


A poem written quite some time ago, specially for Hazy's Eternal Space instrumental. I shared the link to the music above. Give it a listen and maybe this time around, reread the poem while listening to it? Maybe you can get some insights on how this song touches my very soul.
The poem somehow gained some Youtube commenters/readers' attentions and man... I can't describe how it feels like when people approve of your work. Surely it gave me the energy to work harder. Will keep on writing and hopefully God will not take this one joy away from me.


~Jaw~

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...